Tpz5GfY9BUd5Gpd0GSM9TSG5Gi==

Braking News:

00 month 0000

Keindahan Majas dalam Puisi: Memaknai Bahasa Kias dengan Lebih Mendalam

Azzam
Azzam
Font size:
12px
30px
Print

Keindahan Majas dalam Puisi

Bakalbeda.com
- Dalam dunia sastra, majas menjadi elemen vital yang menyuntikkan kedalaman rasa serta warna emosional pada setiap bait puisi.

Ia bukan sekadar hiasan, melainkan medium yang memperkaya makna dan memperhalus penyampaian, menjadikan puisi lebih menggugah serta sarat ekspresi.

Majas memperkuat daya bayang pembaca, menjembatani pesan batin penyair dengan imaji yang kuat dan menyentuh.

Bahasa kias ini menuntun pembaca bukan hanya untuk membaca, tetapi turut merasakan dan mengimajinasikan dunia yang dicipta penyair.

Dalam khasanah bahasa Indonesia, dikenal beragam jenis majas yang kerap muncul dalam puisi.

Dari metafora hingga alegori, dari personifikasi hingga simile dan hiperbola masing-masing memiliki kekuatan unik yang menciptakan dinamika dalam larik-larik puitis. Berikut penjelasan lengkapnya.

Ragam Majas dalam Puisi

Mengacu pada pemaparan Nani Darmayanti dalam buku Bahasa Indonesia, majas dipahami sebagai gaya bahasa yang menyiratkan keindahan, bertujuan mengangkat efek estetis serta memperkuat kesan dengan memperbandingkan sesuatu secara simbolik maupun implisit.

Berikut ini lima jenis majas yang paling kerap ditemukan dalam puisi:

Metafora

Metafora adalah bentuk perbandingan langsung antara dua hal berbeda tanpa menggunakan kata penghubung. Ia menyatukan dua entitas dalam satu pengertian baru, menciptakan efek makna yang mendalam.

Contohnya dalam puisi: "Hatimu adalah samudra tak bertepi, penuh rahasia yang tak terjamah." Di sini, hati diibaratkan lautan—dalam, luas, dan menyimpan misteri.

Alegori

Alegori hadir sebagai cerita atau narasi yang menyimpan makna simbolis. Dalam puisi, alegori menjelma sebagai metafora panjang yang kerap mengandung pesan moral terselubung. Pembaca diajak menafsir, menyibak makna yang tidak kasatmata.

Contoh penggunaan: "Bila akar tak kuat mencengkeram tanah, pohon harapan akan rebah sebelum mekar." Simbolisasi kehidupan dan keteguhan prinsip terbingkai dalam kisah singkat itu.

Personifikasi

Majas ini memberi sifat manusia kepada benda mati, menciptakan ilusi bahwa alam dan objek dapat merasakan, berbicara, bahkan bertindak layaknya manusia.

Contoh larik puitis: "Mentari tersenyum malu di balik cakrawala, mengantar senja pulang ke peraduannya." Matahari, yang sejatinya tak bernyawa, dipersonifikasikan dengan tindakan manusiawi.

Hiperbola

Majas hiperbola dikenal sebagai gaya bahasa yang melebih-lebihkan kenyataan demi membangun intensitas atau menekankan suatu makna. Efek dramatis sering kali menjadi ciri khasnya.

Contoh dalam puisi: "Rinduku membumbung setinggi langit ketujuh." Meski tidak realistis secara fisik, ungkapan ini menyampaikan betapa dahsyatnya rasa rindu itu.

Simile

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), simile adalah majas yang membandingkan dua hal yang berbeda dengan menunjukkan kemiripan secara eksplisit melalui kata penghubung seperti “bagai”, “laksana”, atau “seperti”.

Contoh lariknya: "Kasihmu bagai pelita dalam gelap, mengusir sepi dari peluk malam." Simile tersebut menggambarkan kehangatan cinta yang menjadi cahaya dalam kesunyian.

Majas, dalam segala bentuk dan ragamnya, adalah ruh dari puisi. Ia menghidupkan kata, menyuarakan rasa, dan menjadikan sajak sebagai medium komunikasi batin yang lebih dari sekadar kumpulan kata-kata.

Baca Juga: