Ariadi | Penulis |
Bakalbeda.com - Mu’tazilah, sebuah aliran teologi Islam klasik, kembali menarik perhatian sebagai salah satu pendekatan yang menawarkan perspektif unik dalam memahami agama.
Berlandaskan pada lima prinsip utama yang dikenal sebagai Al-Ushul Al-Khomsah, aliran ini membangun landasan teologi yang menekankan keimanan, keadilan, dan pendekatan rasional terhadap sifat Tuhan.
Tokoh-tokoh seperti Mu’mar bin Abbad dan Al-Jahiz mengemukakan bahwa hukum alam memainkan peran penting dalam mengatur kehidupan manusia.
Mereka berpendapat bahwa tindakan manusia lebih dipengaruhi oleh hukum-hukum rasional yang mengatur alam semesta daripada sepenuhnya ditentukan oleh kehendak Tuhan.
Pandangan ini mencerminkan keyakinan mereka pada alam semesta yang teratur dan sesuai dengan kehendak Tuhan yang rasional.
Sebagai salah satu aliran yang pernah berjaya dalam sejarah pemikiran Islam, Aliran Mu’tazilah menawarkan banyak pelajaran penting, terutama bagi mahasiswa Fakultas Dakwah.
Pendekatan rasional mereka tetap relevan hingga kini dan menjadi bahan kajian, terutama melalui ajaran-ajaran utamanya seperti tauhid, keadilan Allah, dan al-wa’d wa al-wa’id (janji dan ancaman).
Pelajaran yang bisa dipetik dari Aliran Muktazilah
1. Berpikir Kritis
Mu’tazilah mengajarkan pentingnya tidak menerima sesuatu begitu saja. Mereka menekankan perlunya penggunaan akal secara kritis dalam mencari kebenaran.
2. Keseimbangan Akal dan Naqli
Dalam ajaran Mu’tazilah, akal digunakan secara aktif, tetapi tetap dalam harmoni dengan dalil-dalil naqli seperti Al-Qur’an dan hadis, sehingga keduanya saling melengkapi dalam memahami agama.
3. Keadilan Allah
Pemahaman Mu’tazilah tentang keadilan Tuhan dapat menjadi panduan bagi mahasiswa dakwah untuk menyampaikan pesan-pesan Islam yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
4. Toleransi dan Dialog
Meski kerap berbeda pandangan dengan aliran lain, Mu’tazilah tetap menjunjung tinggi nilai toleransi dan pentingnya dialog dalam menjaga persatuan umat.
Kritik terhadap Mu’tazilah
Meskipun memiliki banyak keunggulan, Mu’tazilah juga menuai kritik. Beberapa ulama berpendapat bahwa aliran ini terlalu mengutamakan akal, sehingga mengurangi peran wahyu.
Salah satu pandangan kontroversial mereka adalah tentang sifat Al-Qur’an, yang dianggap tidak sejalan dengan pandangan mayoritas umat Islam.
Sebagai Mahasiswa Pascasarjana Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Alauddin Makassar, memahami Aliran Mu’tazilah dapat menjadi modal penting untuk memperluas wawasan dalam teologi Islam.
Namun, penting untuk tetap berpegang pada pemahaman yang benar agar tidak terjebak dalam pemikiran yang dianggap menyimpang.
Dengan menekankan pentingnya akal, dialog, dan toleransi, Mu’tazilah memberikan teladan bahwa keberagaman dalam pemikiran Islam dapat menjadi sarana memperkaya pemahaman agama, tanpa melupakan nilai-nilai kemanusiaan sebagai inti dari dakwah Islam.
Penulis: Ariadi ( Mahasiswa Pasca Sarjana UIN Alauddin Makassar) dan Prof. Dr. Mustari Mustafa (Dosen Pengampuh)
0 Komentar